ZAKAT EMAS DAN PERAK
(فَصْلٌ):
وَنِصَابُ الذَّهَبِ عِشْرُونَ مِثْقَالًا تَحْدِيدًا بِوَزْنِ مَكَّةَ، وَالمِثْقَالُ دِرْهَمٌ وَثَلَاثَةُ أَسْبَاعِ دِرْهَمٍ.
(وَفِيهِ):
نِصَابُ الذَّهَبِ (رُبْعُ العُشْرِ) وَهُوَ نِصْفُ مِثْقَالٍ، وَفِيمَا زَادَ عَلَى عِشْرِينَ مِثْقَالًا (بِحِسَابِهِ) وَإِنْ قَلَّ الزَّائِدُ.
ZAKAT EMAS
(Fasal) nishab emas adalah dua puluh(20) mitsqal dengan hitungan secara pasti(ketentuan) dengan timbangan negara Makkah.
Satu mitsqal adalah satu lebih tiga sepertujuh dirham.
Di dalam satu nishab emas wajib mengeluarkan zakat seperempat dari sepersepuluh((2,5%)) dari keseluruhan jumlah emas. Yaitu (setara dengan)setengah mitsqal.
Dan di dalam jumlah emas yang lebih dari dua puluh (20)misqal, maka sesuai dengan prosentasenya walaupun lebihannya hanya sedikit.
(وَنِصَابُ الوَرِقِ):
بِكَسْرِ الرَّاءِ وَهُوَ الفِضَّةُ، مِئَتَا دِرْهَمٍ، وَفِيهِ (رُبْعُ العُشْرِ) وَهُوَ خَمْسَةُ دَرَاهِمَ، وَفِيمَا زَادَ عَلَى المِئَتَيْنِ (بِحِسَابِهِ) وَإِنْ قَلَّ الزَّائِدُ. وَلَا شَيْءَ فِي المَغْشُوشِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ حَتَّى يَبْلُغَ خَالِصُهُ نِصَابًا.
BAB ZAKAT PERAK
Nishabnya wariq, dengan terbaca kasrah huruf ra’nya, adalah dua ratus(200) dirham. Wariq adalah perak.
Di dalam nishab ini wajib mengeluarkan seperempat dari sepersepuluh (2,5%) dari jumlah keseluruhan, yaitu lima (5)dirham.
Dan di dalam lebihan dari dua ratus dirham, wajib mengeluarkan kadar sesuai dengan hitungannya, walaupun tambahannya hanya sedikit.
Dan tidak ada kewajiban zakat di dalam benda campuran dari emas atau perak kecuali kadar murninya telah mencapai satu nishab.
Tidak ada kewajiban zakat di dalam perhiasan yang boleh untuk digunakan.
(وَلَا يَجِبُ فِي الحُلِيِّ المُبَاحِ زَكَاةٌ):
أَمَّا المُحَرَّمُ كَسِوَارٍ وَخَلْخَالٍ لِرَجُلٍ وَخُنْثَى، فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيهِ.
Tidak ada kewajiban zakat di dalam perhiasan yang boleh untuk digunakan.
Adapun perhiasan yang diharamkan seperti gelang tangan dan gelang kaki yang digunakan oleh orang laki-laki dan khuntsa(orang dengan karakteristik kelamin ganda), maka zakat wajib dikenakan padanya.
Penjelasan Teks Zakat Emas dan Perak
Nisab Emas:
- Nisab adalah batas minimal kepemilikan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Dalam hal ini, nisab emas adalah dua puluh mitsqal. Mitsqal adalah satuan berat tradisional yang setara dengan kurang lebih 4,25 gram, sehingga nisab emas setara dengan sekitar 85 gram emas.
- Zakat yang dikeluarkan dari emas adalah seperempat dari sepersepuluh atau 2,5% dari total emas yang dimiliki. Jika seseorang memiliki emas sebesar dua puluh mitsqal, maka ia wajib mengeluarkan setengah mitsqal sebagai zakat.
- Jika emas yang dimiliki lebih dari dua puluh mitsqal, zakat tetap dihitung berdasarkan proporsi (yakni tetap 2,5%), meskipun tambahan emas itu sedikit.
Nisab Perak:
- Nisab perak adalah dua ratus dirham. Dirham dalam konteks ini adalah satuan berat yang setara dengan 2,975 gram, sehingga nisab perak kurang lebih setara dengan 595 gram perak.
- Zakat yang dikenakan untuk perak juga seperempat dari sepersepuluh atau 2,5%. Dari nisab perak, yaitu dua ratus dirham, maka zakat yang dikeluarkan adalah lima dirham (sekitar 14,88 gram perak).
- Jika perak yang dimiliki lebih dari dua ratus dirham, zakat dihitung berdasarkan proporsi (yakni tetap 2,5%), meskipun kelebihannya sedikit.
- Untuk perak atau emas yang tercampur dengan bahan lain (misalnya perhiasan atau koin yang bukan murni), zakat baru wajib dikeluarkan jika kandungan emas atau perak murni di dalamnya mencapai nisab.
Perhiasan yang Dibolehkan dan Perhiasan yang Diharamkan:
- Perhiasan yang dibolehkan adalah perhiasan yang digunakan sesuai dengan syariat, seperti perhiasan emas yang dikenakan oleh perempuan. Tidak ada zakat yang wajib dikeluarkan untuk perhiasan seperti ini, selama perhiasan tersebut tidak berlebihan dan hanya untuk pemakaian.
- Namun, perhiasan yang diharamkan, seperti gelang atau kaki gelang yang dipakai oleh laki-laki, atau dipakai oleh khuntsa (orang dengan karakteristik kelamin ganda), wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini karena penggunaannya dianggap tidak sesuai dengan syariat, sehingga harta tersebut dianggap sebagai harta yang harus dizakati.
Kesimpulan Umum:
Zakat emas dan perak diwajibkan jika harta tersebut mencapai nisab, yaitu dua puluh mitsqal untuk emas dan dua ratus dirham untuk perak, dengan kadar zakat 2,5% dari total harta yang dimiliki. Ada pengecualian untuk perhiasan yang dibolehkan, di mana tidak ada kewajiban zakat kecuali perhiasan tersebut diharamkan menurut syariat.
ZAKAT PERTANIAN DAN BUAH-BUAHAN
(فَصْلٌ):
وَنِصَابُ الزُّرُوعِ وَالثِّمَارِ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ، مِنَ الوَسْقِ مَصْدَرٌ بِمَعْنَى الجَمْعِ، لِأَنَّ الوَسْقَ يَجْمَعُ الصِّيعَانَ (وَهِيَ) أَيِ الخَمْسَةُ أَوْسُقٍ (أَلْفٌ وَسِتُّ مِئَةِ رِطْلٍ بِالعِرَاقِ)، وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ بِالبَغْدَادِيِّ، (وَمَا زَادَ فَبِحِسَابِهِ)، وَرِطْلُ بَغْدَادَ عِنْدَ النَّوَوِيِّ مِائَةٌ وَثَمَانِيَةٌ وَعِشْرُونَ دِرْهَمًا وَأَرْبَعَةُ أَسْبَاعِ دِرْهَمٍ.
(وَفِيهَا)
أَيِ الزُّرُوعِ وَالثِّمَارِ (إِنْ سُقِيَتْ بِمَاءِ السَّمَاءِ) وَهُوَ المَطَرُ وَنَحْوُهُ كَالثَّلْجِ (أَوِ السَّيْحِ) وَهُوَ المَاءُ الجَارِي عَلَى الأَرْضِ بِسَبَبِ سَدِّ النَّهْرِ، فَيَصْعَدُ المَاءُ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَيَسْقِيهَا (العُشْرُ)، وَإِنْ سُقِيَتْ بِدُوْلَابٍ بِضَمِّ الدَّالِ وَفَتْحِهَا مَا يُدِيرُهُ الحَيَوَانُ.
(أَوْ)
سُقِيَتْ بِ (نَضْحٍ) مِنْ نَهْرٍ أَوْ بِئْرٍ بِحَيَوَانٍ كَبَعِيرٍ أَوْ بَقَرَةٍ (نِصْفُ العُشْرِ)، وَفِيمَا سُقِيَ بِمَاءِ السَّمَاءِ وَالدُّوْلَابِ مَثَلًا سَوَاءٌ ثَلَاثَةُ أَرْبَاعِ العُشْرِ.
UKURAN WASAQ
Fasal nishab hasil pertanian dan buah-buahan adalah lima wasaq.
Ausaq dari lafadz wasaq yang merupakan masdar dengan makna mengumpulkan, karena sesungguhnya wasaq mengumpulkan beberapa sho’.
Lima wasaq adalah seribu enam ratus rithl negara Iraq. Di dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa “negara Bagdad”.
Dan untuk lebihan dari kadar tersebut disesuaikan dengan hitungannya.
Satu rithl negara Baghdad, menurut imam an Nawawi, adalah seratus dua puluh dirham lebih empat sepertujuh dirham.
NILAI ZAKAT PERTANIAN DAN BUAH-BUAHAN
Di dalam hasil pertanian dan buah-buahan, wajib mengeluarkan zakat sepersepuluh -dari jumlah keseluruhan-, jika diairi dengan air langit, yaitu air hujan dan sesamanya seperti air salju, atau dengan air banjir, yaitu air yang mengalir di atas permukaan bumi sebab sungai penuh dan tidak muat sehingga air naik ke permukaan hingga mengairi tanaman tersebut.
Jika diairi dengan daulab, dengan terbaca dlammah dan fathah huruf dalnya, yaitu alat yang diputar-putar oleh binatang, atau diairi dengan menimba air dari sungai atau sumur dengan menggunakan binatang seperti onta atau sapi, maka wajib mengeluarkan zakat setengah sepersepuluh dari jumlah keseluruhan.
Dan di dalam hasil pertanian dan buah-buahan yang diairi dengan air hujan dan daulab semisal dengan kadar waktu yang sama, maka wajib mengeluarkan zakat tiga seperempat sepersepuluh dari jumlah keseluruhan.
Bab:
Nisab hasil pertanian dan buah-buahan adalah lima wasaq. Kata "wasq" berasal dari kata yang bermakna "mengumpulkan," karena wasaq mengumpulkan beberapa takaran. Lima wasaq ini setara dengan seribu enam ratus rithl menurut ukuran Irak. Dalam beberapa naskah disebutkan dengan ukuran Baghdad. Apa yang lebih dari lima wasaq dihitung sesuai dengan proporsinya. Satu rithl Baghdad menurut Imam Nawawi adalah seratus dua puluh delapan dirham dan empat per tujuh dirham.
Dalam hasil pertanian dan buah-buahan, jika disirami dengan air hujan, yang meliputi hujan itu sendiri atau yang serupa dengannya seperti salju, atau disirami dengan air sungai yang mengalir di atas tanah karena terbendungnya sungai, sehingga air naik ke permukaan tanah dan menyiraminya, maka zakatnya adalah sepersepuluh (10%). Jika disirami dengan kincir air (dawlab), dengan dal yang bisa dibaca dhammah (u) atau fathah (a), yang digerakkan oleh hewan, maka zakatnya adalah setengah dari sepersepuluh (5%).
Jika disirami dengan penyiraman manual dari sungai atau sumur menggunakan tenaga hewan seperti unta atau sapi, maka zakatnya adalah setengah dari sepersepuluh (5%). Untuk hasil pertanian yang disirami dengan kombinasi air hujan dan kincir air, zakatnya adalah tiga perempat dari sepersepuluh (7,5%).
Penjelasan Tambahan:
- Wasaq (وسق) adalah satuan takaran besar dalam syariat Islam, dan lima wasaq merupakan batas minimal (nisab) untuk zakat pertanian dan buah-buahan. Setiap wasaq setara dengan kurang lebih 60 sha', yang dihitung sebagai standar takaran untuk gandum, kurma, dan lainnya.
- Rithl (رطل) adalah satuan berat tradisional yang berbeda ukurannya di setiap tempat. Di Baghdad, seperti disebutkan dalam teks ini, satu rithl setara dengan 128 dirham.
- Zakat hasil pertanian bergantung pada cara pengairan yang digunakan. Jika menggunakan air alami seperti hujan, zakatnya lebih besar (10%) karena pemilik lahan tidak menanggung biaya irigasi. Namun, jika pengairan dilakukan dengan bantuan alat atau hewan, zakatnya lebih sedikit (5%) karena adanya biaya tambahan.
Ringkasan Teks Zakat Pertanian dan Buah-Buahan:
Nisab Pertanian dan Buah-buahan:
- Nisab zakat untuk hasil pertanian dan buah-buahan adalah lima wasaq, yang setara dengan 1.600 rithl menurut takaran Irak atau Baghdad.
- Satu rithl Baghdad setara dengan 128 dirham lebih sedikit.
Cara Penyiraman dan Besaran Zakat:
- Jika disirami dengan air hujan atau sumber air alami (seperti salju atau air sungai), maka besaran zakat yang wajib dikeluarkan adalah 10% (sepersepuluh).
- Jika disirami dengan alat bantu, seperti kincir air yang digerakkan oleh hewan, maka zakat yang wajib dikeluarkan adalah 5% (setengah dari sepersepuluh).
- Jika kombinasi penyiraman alami dan bantuan alat, zakatnya adalah 7,5% (tiga perempat dari sepersepuluh).
Kesimpulan:
Nisab Zakat Pertanian dan Buah-buahan: Hasil pertanian dan buah-buahan wajib dikeluarkan zakatnya jika mencapai nisab lima wasaq (sekitar 1.600 rithl, yang diukur berdasarkan takaran setempat seperti Irak atau Baghdad).
Besaran Zakat Tergantung Cara Penyiraman:
- Zakat 10% untuk hasil yang disirami dengan air alami seperti hujan atau air sungai.
- Zakat 5% untuk hasil yang disirami dengan alat bantu, seperti kincir air yang digerakkan oleh hewan.
- Zakat 7,5% jika menggunakan kombinasi antara pengairan alami dan alat bantu.
Secara umum, semakin mudah dan alami sumber air yang digunakan untuk pengairan, semakin besar persentase zakat yang harus dikeluarkan.
ZAKAT BISNIS PERDAGANGAN, TAMBANG DAN HARTA KARUN (RIKAZ)
(فَصْلٌ):
وَتُقَوَّمُ عُرُوضُ التِّجَارَةِ عِنْدَ آخِرِ الحَوْلِ بِمَا اشْتُرِيَتْ بِهِ، سَوَاءٌ كَانَ ثَمَنُ مَالِ التِّجَارَةِ نِصَابًا أَمْ لَا، فَإِنْ بَلَغَتْ قِيمَةُ العُرُوضِ آخِرَ الحَوْلِ نِصَابًا زَكَّاهَا وَإِلَّا فَلَا. (وَيُخْرِجُ مِنْ ذَلِكَ) بَعْدَ بُلُوغِ قِيمَةِ مَالِ التِّجَارَةِ نِصَابًا (رُبْعَ العُشْرِ) مِنْهُ.
(وَمَا اسْتُخْرِجَ مِنْ مَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ يُخْرِجُ مِنْهُ)
إِنْ بَلَغَ نِصَابًا **(رُبْعَ العُشْرِ فِي الحَالِ)** إِنْ كَانَ المُسْتَخْرَجُ مِنْ أَهْلِ وُجُوبِ الزَّكَاةِ، وَالمَعَادِنُ جَمْعُ مَعْدِنٍ بِفَتْحِ دَالِهِ وَكَسْرِهَا، اسْمٌ لِمَكَانٍ خَلَقَ اللهُ تَعَالَى فِيهِ ذَلِكَ مِنْ مَوَاتٍ أَوْ مِلْكٍ.
(وَمَا يُوجَدُ مِنَ الرِّكَازِ)
وَهُوَ دَفِينُ الجَاهِلِيَّةِ، وَهِيَ الحَالَةُ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهَا العَرَبُ قَبْلَ الإِسْلَامِ مِنَ الجَهْلِ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَشَرَائِعِ الإِسْلَامِ **(فَفِيهِ)** أَيْ لِلرِّكَازِ **(الخُمُسُ)**، وَيُصْرَفُ مَصْرَفَ الزَّكَاةِ عَلَى المَشْهُورِ، وَمُقَابِلُهُ أَنَّهُ يُصْرَفُ إِلَى أَهْلِ الخُمُسِ المَذْكُورِينَ فِي آيَةِ الفَيْءِ.
Terjemahan Bahasa Indonesia:**
(Bab):
Barang dagangan (’urudh at-tijarah) dinilai pada akhir haul (satu tahun hijriah) sesuai dengan harga pembelian barang tersebut, baik harga barang dagangan itu mencapai nisab (batas minimal untuk wajib zakat) atau tidak. Jika pada akhir haul nilai barang dagangan tersebut mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya, tetapi jika tidak mencapai nisab, maka tidak ada kewajiban zakat. **(Dan dikeluarkan dari barang dagangan tersebut)** setelah nilai barang dagangan mencapai nisab, **(seperempat dari sepersepuluh)** (yaitu 2,5%) darinya.
(Barang yang dikeluarkan dari tambang emas dan perak)
wajib dikeluarkan zakatnya jika mencapai nisab, **(seperempat dari sepersepuluh secara langsung)**, jika orang yang menambang adalah termasuk orang yang wajib mengeluarkan zakat. Kata **ma'adin** (tambang) adalah bentuk jamak dari **ma'dan**, yang dalam bahasa Arab dapat dibaca dengan fathah (ma'dan) atau kasrah (ma'din) pada huruf dal, dan merujuk kepada tempat di mana Allah menciptakan bahan tambang itu, baik di tanah yang mati atau di tanah milik pribadi.
(Adapun barang yang ditemukan dari harta karun)(rikaz), yang merupakan harta peninggalan dari masa jahiliah, yaitu kondisi yang ada pada bangsa Arab sebelum Islam, berupa ketidaktahuan tentang Allah, rasul-Nya, dan syariat Islam, **(maka dalam harta karun tersebut)**, zakat yang harus dikeluarkan adalah **seperlima (20%)**. Zakat ini disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak menerima zakat, menurut pendapat yang masyhur. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa zakat ini disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerima bagian seperlima (khumus) sebagaimana disebutkan dalam ayat tentang fai’ (harta rampasan perang).
Ringkasan dan Kesimpulan:
1. Zakat Barang Dagangan:
- Barang dagangan dinilai pada akhir satu tahun hijriah (haul) berdasarkan harga pembelian.
- Zakat dikenakan jika nilai barang dagangan pada akhir haul mencapai nisab. Jika tidak mencapai nisab, maka tidak ada kewajiban zakat.
- Besaran zakatyang dikeluarkan dari barang dagangan adalah **2,5% (seperempat dari sepersepuluh) dari nilai total barang.
2. Zakat dari Tambang Emas dan Perak:
- Jika barang yang ditambang berupa emas atau perak mencapai nisab, zakat sebesar 2,5% wajib dikeluarkan secara langsung.
- Tambang merujuk pada tempat di mana Allah menciptakan bahan tambang, baik di tanah yang belum dimiliki (tanah mati) atau tanah yang dimiliki.
3. Zakat dari Harta Karun (Rikaz):
- Harta karun yang ditemukan, terutama yang berasal dari masa jahiliah, dikenakan zakat sebesar **20% (seperlima)**.
- Menurut pendapat yang masyhur, zakat ini disalurkan kepada penerima zakat biasa. Namun, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa zakat ini disalurkan kepada penerima bagian seperlima (khumus) sebagaimana disebutkan dalam ayat tentang harta rampasan perang (fai’).
---
Kesimpulan Umum:
- Zakat barang dagangan wajib dikeluarkan jika nilainya mencapai nisab dengan besaran 2,5%.
- Hasil tambang emas dan perak wajib dizakati sebesar 2,5% jika mencapai nisab dan dikeluarkan secara langsung.
- Harta karun (rikaz) wajib dikeluarkan zakat sebesar 20% dan disalurkan kepada pihak yang berhak, baik penerima zakat umum atau penerima khumus.
Berikut adalah teks dengan harakat yang benar, disertai dengan terjemahan dan penjelasan mengenai zakat fitrah:
---
(فَصْلٌ):
وَتَجِبُ زَكَاةُ الفِطْرِ، وَيُقَالُ لَهَا زَكَاةُ الفِطْرَةِ أَيْ الخِلْقَةُ **(بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: الإِسْلَامِ)** فَلَا فِطْرَةَ عَلَى كَافِرٍ أَصْلِيٍّ إِلَّا فِي رَقِيقِهِ وَقَرِيبِهِ المُسْلِمِينَ **(وَبِغُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ)** وَحِينَئِذٍ تُخْرَجُ زَكَاةُ الفِطْرِ عَمَّنْ مَاتَ بَعْدَ الغُرُوبِ دُونَ مَنْ وُلِدَ بَعْدَهُ **(وَوُجُودِ الفَضْلِ)** وَهُوَ يَسَارُ الشَّخْصِ بِمَا يُفَضِّلُ **(عَنْ قُوتِهِ وَقُوتِ عِيَالِهِ فِي ذَلِكَ اليَوْمِ)** أَيْ يَوْمِ عِيدِ الفِطْرِ وَكَذَا لَيْلَتِهِ أَيْضًا. وَيُزَكِّي الشَّخْصُ **(عَنْ نَفْسِهِ وَعَمَّنْ تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ مِنَ المُسْلِمِينَ)** فَلَا يَلْزَمُ المُسْلِمَ فِطْرَةُ عَبْدٍ وَقَرِيبٍ وَزَوْجَةٍ كُفَّارٍ، وَإِنْ وَجَبَتْ نَفَقَتُهُمْ، وَإِذَا وَجَبَتِ الفِطْرَةُ عَلَى الشَّخْصِ فَيُخْرِجُ **(صَاعًا مِنْ قُوتِ بَلَدِهِ)** إِنْ كَانَ بَلَدِيًّا، فَإِنْ كَانَ فِي البَلَدِ أَقْوَاتٌ غَلَبَ بَعْضُهَا، وَجَبَ الإِخْرَاجُ مِنْهُ، وَلَوْ كَانَ الشَّخْصُ فِي بَادِيَةٍ لَا قُوتَ فِيهَا أَخْرَجَ مِنْ قُوتِ أَقْرَبِ البِلَادِ إِلَيْهِ، وَمَنْ لَمْ يُوسَرْ بِصَاعٍ بَلْ بِبَعْضِهِ لَزِمَهُ ذَلِكَ البَعْضُ **(وَقَدْرُهُ)** أَيْ الصَّاع **(خَمْسَةُ أَرْطَالٍ وَثُلُثٌ بِالعِرَاقِيِّ)** وَسَبَقَ بَيَانُ الرِّطْلِ العِرَاقِيِّ فِي نِصَابِ الزُّرُوعِ.
---
Terjemahan Bahasa Indonesia:
(Bab):
Zakat fitrah menjadi wajib, dan disebut juga dengan zakat fitrah yang berarti "kesucian jiwa" atau "penciptaan," **karena tiga syarat: Islam** (maka tidak ada kewajiban zakat fitrah atas orang kafir asli, kecuali atas budak dan kerabatnya yang beragama Islam), **dan saat matahari terbenam pada hari terakhir bulan Ramadhan.** Pada waktu itu, zakat fitrah dikeluarkan untuk orang yang meninggal setelah matahari terbenam, tetapi tidak untuk bayi yang lahir setelahnya.
Syarat ketiga adalah **adanya kelebihan harta,** yaitu kemampuan seseorang yang memiliki lebih dari cukup untuk **kebutuhan makannya dan keluarganya pada hari itu** (hari raya Idul Fitri) dan juga pada malam harinya.
Zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh seseorang **atas dirinya dan orang-orang yang nafkahnya wajib ia tanggung di antara kaum muslimin.** Maka, seorang muslim tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah atas budak, kerabat, dan istri yang kafir, meskipun nafkah mereka wajib ditanggung olehnya.
Jika zakat fitrah sudah wajib atas seseorang, maka dia harus mengeluarkan **satu sha' dari makanan pokok negerinya.** Jika di suatu negeri ada beberapa makanan pokok yang lebih dominan, maka zakat harus dikeluarkan dari makanan yang dominan tersebut. Jika seseorang berada di daerah terpencil yang tidak memiliki makanan pokok, maka dia harus mengeluarkan zakat dari makanan pokok daerah terdekat. Jika seseorang tidak mampu mengeluarkan satu sha', tetapi hanya sebagian dari satu sha', maka ia wajib mengeluarkan apa yang ia mampu.
Ukuran satu sha' adalah **lima rithl dan sepertiga menurut ukuran Irak,** sebagaimana telah dijelaskan ukuran rithl Irak dalam pembahasan nisab hasil pertanian.
---
Ringkasan dan Kesimpulan:
1. Kewajiban Zakat Fitrah:
- Zakat fitrah wajib bagi setiap muslim, baik untuk dirinya sendiri maupun orang yang nafkahnya wajib ia tanggung (seperti anak dan keluarga).
- Tidak ada kewajiban zakat fitrah bagi orang kafir asli kecuali atas budak dan kerabat muslim yang menjadi tanggungannya.
- Waktu wajibnya zakat fitrah dimulai saat matahari terbenam pada hari terakhir bulan Ramadhan.
2. Syarat Wajib Zakat Fitrah:
- Harus beragama Islam.
- Wajib memiliki kelebihan harta untuk mencukupi kebutuhan makan dirinya dan keluarganya pada hari raya Idul Fitri dan malamnya.
3. Jenis dan Ukuran Zakat Fitrah:
- Zakat fitrah dikeluarkan dalam bentuk satu sha' (sekitar 2,5 hingga 3 kg) dari makanan pokok negeri tersebut.
- Jika makanan pokok di daerah itu bervariasi, maka zakat dikeluarkan dari makanan yang paling dominan.
- Jika seseorang tidak mampu mengeluarkan satu sha', maka ia wajib mengeluarkan apa yang ia mampu dari sebagian sha'.
4. Ukuran Satu Sha':
- Satu sha' setara dengan lima rithl dan sepertiga menurut takaran Irak, yang setara dengan sekitar 2,5 hingga 3 kg bahan makanan pokok.
Kesimpulan Umum:
Zakat fitrah adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap muslim yang mampu, sebelum hari raya Idul Fitri, dengan tujuan menyucikan jiwa dan membantu kaum fakir miskin. Zakat fitrah dihitung berdasarkan makanan pokok setempat, dengan ukuran satu sha'. Waktu pengeluaran zakat fitrah adalah setelah matahari terbenam di akhir Ramadhan, dan zakat ini juga wajib bagi anggota keluarga yang nafkahnya ditanggung.
(فَصْلٌ):
وَتُدْفَعُ الزَّكَاةُ إِلَى الأَصْنَافِ الثَّمَانِيَةِ الَّذِينَ ذَكَرَهُمُ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ العَزِيزِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى {إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالمَسَاكِينِ وَالعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيلِ} (سُورَةُ التَّوْبَةِ: الآيَةُ: 60) الخ وَهُوَ ظَاهِرٌ غَنِيٌّ عَنِ الشَّرْحِ إِلَّا مَعْرِفَةَ الأَصْنَافِ المَذْكُورَةِ، فَالفَقِيرُ فِي الزَّكَاةِ هُوَ الَّذِي لَا مَالَ لَهُ وَلَا كَسْبَ يَقَعُ مَوْقِعًا مِنْ حَاجَتِهِ، أَمَّا فَقِيرُ العَرَايَا فَهُوَ مَنْ لَا نَقْدَ بِيَدِهِ، وَالمِسْكِينُ مَنْ قَدَرَ عَلَى مَالٍ أَوْ كَسْبٍ يَقَعُ كُلٌّ مِنهُمَا مَوْقِعًا مِنْ كِفَايَتِهِ، وَلَا يَكْفِيهِ كَمَنْ يَحْتَاجُ إِلَى عَشَرَةِ دَرَاهِمَ، وَعِنْدَهُ سَبْعَةٌ، وَالعَامِلُ مَنْ اسْتَعْمَلَهُ الإِمَامُ عَلَى أَخْذِ الصَّدَقَاتِ وَدَفْعِهَا لِمُسْتَحِقِّيهَا.
وَالمُؤَلَّفَةُ قُلُوبُهُمْ وَهُمْ أَرْبَعَةُ أَقْسَامٍ: أَحَدُهَا مُؤَلَّفَةُ المُسْلِمِينَ، وَهُوَ مَنْ أَسْلَمَ وَنِيَّتُهُ ضَعِيفَةٌ فَيُؤَلَّفُ بِدَفْعِ الزَّكَاةِ لَهُ، وَبَقِيَّةُ الأَقْسَامِ مَذْكُورَةٌ فِي المُبْسُوطَاتِ. وَفِي الرِّقَابِ وَهُمُ المَكَاتِبُونَ كِتَابَةً صَحِيحَةً، أَمَّا المَكَاتِبُ كِتَابَةً فَاسِدَةً، فَلَا يُعْطَى مِنْ سَهْمِ المَكَاتِبِينَ، وَالغَارِمُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ: أَحَدُهَا مَنْ اسْتَدَانَ دَيْنًا لِتَسْكِينِ فِتْنَةٍ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ فِي قَتِيلٍ لَمْ يُظْهَرْ قَاتِلُهُ، فَتَحَمَّلَ دَيْنَهُ بِسَبَبِ ذَلِكَ، فَيُقْضَى دَيْنُهُ مِنْ سَهْمِ الغَارِمِينَ غَنِيًّا كَانَ أَوْ فَقِيرًا، وَإِنَّمَا يُعْطَى الغَارِمُ عِنْدَ بَقَاءِ الدَّيْنِ عَلَيْهِ، فَإِنْ أَدَّاهُ مِنْ مَالِهِ أَوْ دَفَعَهُ ابْتِدَاءً لَمْ يُعْطَ مِنْ سَهْمِ الغَارِمِينَ، وَبَقِيَّةُ أَقْسَامِ الغَارِمِينَ فِي المُبْسُوطَاتِ. وَأَمَّا سَبِيلُ اللهِ فَهُمُ الغُزَاةُ الَّذِينَ لَا سَهْمَ لَهُمْ فِي دِيوَانِ المُرْتَزِقَةِ بَلْ هُمْ مُتَطَوِّعُونَ بِالجِهَادِ. وَأَمَّا ابْنُ السَّبِيلِ فَهُوَ مَنْ يُنْشِئُ سَفَرًا مِنْ بَلَدِ الزَّكَاةِ، أَوْ يَكُونُ مُجْتَازًا بِبَلَدِهَا، وَيُشْتَرَطُ فِيهِ الحَاجَةُ وَعَدَمُ المَعْصِيَةِ. وَقَوْلُهُ (وَإِلَى مَنْ يُوجَدُ مِنْهُمْ) أَيْ الأَصْنَافِ فِيهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّهُ إِذَا فُقِدَ بَعْضُ الأَصْنَافِ، وَوُجِدَ البَعْضُ تَصَرَّفَ لِمَنْ وُجِدَ، فَإِنْ فُقِدُوا كُلُّهُمْ حُفِظَتِ الزَّكَاةُ حَتَّى يُوجَدُوا كُلُّهُمْ أَوْ بَعْضُهُمْ.
**(وَلَا يُقْتَصَرُ)** فِي إِعْطَاءِ الزَّكَاةِ **(عَلَى أَقَلِّ مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ كُلِّ صِنْفٍ)** مِنَ الأَصْنَافِ الثَّمَانِيَةِ **(إِلَّا العَامِلَ)** فَإِنَّهُ يَجُوزُ أَنْ يَكُونَ وَاحِدًا إِنْ حَصَلَتْ بِهِ الكِفَايَةُ، وَإِذَا صُرِفَ لاثْنَيْنِ مِنْ كُلِّ صِنْفٍ غُرِمَ لِثَالِثِ أَقَلَّ مُمَوَّلٍ، وَقِيلَ يُغْرَمُ لَهُ الثُّلُثُ **(وَخَمْسَةٌ لَا يَجُوزُ دَفْعُهَا)** أَيْ الزَّكَاةُ **(إِلَيْهِمُ: الغَنِيُّ)** بِمَالٍ أَوْ كَسْبٍ **(وَالعَبْدُ وَبَنُو هَاشِمٍ وَبَنُو المُطَّلِبِ)** سَوَاءٌ مُنِعُوا حَقَّهُمْ مِنْ خُمُسِ الخُمُسِ أَوْ لَا، وَكَذَا عُتَقَاؤُهُمْ لَا يَجُوزُ دَفْعُ الزَّكَاةِ إِلَيْهِمْ، وَيَجُوزُ لِكُلٍّ مِنْهُمْ أَخْذُ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ عَلَى المَشْهُورِ **(وَالكَافِرُ)** وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ وَلَا تَصِحُّ لِلكَافِرِ **(وَمَنْ تَلْزَمُ المُزَكِّي نَفَقَتُهُ لَا يُدْفَعُهَا)** أَيْ الزَّكَاةَ **(إِلَيْهِمْ بِاسْمِ الفُقَرَاءِ وَالمَسَاكِينِ)** وَيَجُوزُ دَفْعُهَا إِلَيْهِمْ بِاسْمِ كَوْنِهِمْ غُزَاةً أَوْ غَارِمِينَ مَثَلًا.
(Bab):
Zakat disalurkan kepada delapan golongan yang disebutkan Allah Ta'ala dalam
kitab-Nya yang mulia, dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan" (Surah At-Taubah: Ayat 60).
Ini adalah dalil yang jelas dan tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut, kecuali untuk memahami siapa saja yang termasuk dalam golongan tersebut.
- Fakir dalam konteks zakat adalah orang yang tidak memiliki harta dan usaha yang memadai untuk memenuhi kebutuhannya.
- Miskin adalah orang yang memiliki harta atau penghasilan, tetapi tidak cukup untuk mencukupi kebutuhannya, seperti seseorang yang membutuhkan sepuluh dirham tetapi hanya memiliki tujuh.
- Amil adalah orang yang ditugaskan oleh imam (pemimpin) untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat kepada yang berhak menerimanya.
- Mu'allaf adalah orang yang baru masuk Islam, tetapi niatnya masih lemah, sehingga diberikan zakat untuk menguatkan imannya.
- Riqab adalah budak yang sedang dalam proses pembebasan (mukatab) dengan perjanjian yang sah, sedangkan jika perjanjian pembebasannya tidak sah, maka ia tidak berhak menerima zakat.
- Gharim(orang yang berutang) ada tiga jenis: salah satunya adalah orang yang berutang untuk meredakan perselisihan antara dua kelompok, seperti dalam kasus pembunuhan yang pelakunya tidak diketahui, maka utangnya dibayarkan dari bagian zakat untuk gharim, baik ia kaya atau miskin.
- Fi Sabilillah (di jalan Allah) adalah para pejuang (mujahid) yang tidak mendapat bagian dari gaji pasukan tetap, melainkan mereka berperang secara sukarela.
- Ibnu Sabil adalah orang yang memulai perjalanan dari daerah zakat, atau melewati daerah tersebut, dengan syarat ia membutuhkan bantuan dan tidak sedang melakukan perjalanan maksiat.
Jika beberapa golongan tidak ditemukan, zakat diberikan kepada yang ada. Jika semuanya tidak ada, zakat disimpan hingga ditemukan golongan yang berhak menerimanya.
(Tidak cukup) memberikan zakat kepada kurang dari tiga orang** dari setiap golongan kecuali amil, yang boleh satu orang saja jika sudah cukup memenuhi tugasnya. Jika diberikan kepada dua orang dari setiap golongan, maka harus diganti untuk yang ketiga.
Ada lima golongan yang tidak boleh diberikan zakat, yaitu:
1. Orang kaya yang memiliki harta atau penghasilan yang cukup,
2. Budak,
3. Bani Hasyim dan Bani Muthalib, baik mereka mendapatkan bagian dari khumus (seperlima harta rampasan perang) atau tidak,
4. Orang yang wajib dinafkahi oleh pemberi zakat (tidak boleh diberikan zakat dengan alasan fakir atau miskin), kecuali diberikan dengan alasan lain seperti sebagai mujahid atau gharim,
5. Orang kafir.
---
Ringkasan dan Kesimpulan:
1. Delapan Golongan Penerima Zakat:
- Fakir: Orang yang tidak memiliki harta atau penghasilan yang cukup.
- Miskin: Orang yang memiliki harta atau penghasilan, tetapi tidak cukup.
- Amil: Pengurus zakat yang ditunjuk oleh pemimpin untuk mengelola zakat.
- Mu'allaf: Orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah.
- Riqab: Budak yang sedang dalam proses pembebasan (mukatab).
- Gharim: Orang yang memiliki utang, termasuk utang untuk meredakan perselisihan.
- Fi Sabilillah: Mujahid yang berjuang di jalan Allah tanpa gaji tetap.
- Ibnu Sabil: Musafir yang memulai atau melewati daerah zakat dan membutuhkan bantuan.
2. Syarat-Syarat Penerima Zakat:
- Tidak boleh kurang dari tiga orang dari setiap golongan penerima zakat, kecuali amil yang boleh satu orang.
- Lima golongan yang tidak boleh menerima zakat adalah orang kaya, budak, Bani Hasyim, Bani Muthalib, dan orang kafir.
3. Aturan Tambahan:
- Zakat tidak boleh diberikan kepada orang yang wajib dinafkahi oleh pemberi zakat (seperti keluarga dekat) dengan alasan fakir atau miskin, tetapi boleh dengan alasan lain seperti jihad atau hutang.
مِ
وَهُوَ وَالصَّوْمُ مَصْدَرَانِ مَعْنَاهُمَا لُغَةً: الإِمْسَاكُ، وَشَرْعًا: إِمْسَاكٌ عَنْ مُفْطِرٍ بِنِيَّةٍ مَخْصُوصَةٍ جَمِيعِ نَهَارٍ قَابِلٍ لِلصَّوْمِ مِنْ مُسْلِمٍ عَاقِلٍ طَاهِرٍ مِنْ حَيْضٍ وَنِفَاسٍ
Terjemahan Per Frasa
كِتَابُ بَيَانِ أَحْكَامِ الصِّيَامِ
"Kitab penjelasan hukum-hukum puasa."وَهُوَ وَالصَّوْمُ مَصْدَرَانِ
"Dan ia (puasa) serta shaum adalah dua kata dasar (masdar)."مَعْنَاهُمَا لُغَةً: الإِمْسَاكُ
"Makna keduanya secara bahasa: menahan diri."وَشَرْعًا: إِمْسَاكٌ عَنْ مُفْطِرٍ
"Dan secara syariat: menahan diri dari pembatal puasa."بِنِيَّةٍ مَخْصُوصَةٍ
"Dengan niat yang khusus."جَمِيعِ نَهَارٍ قَابِلٍ لِلصَّوْمِ
"Sepanjang siang hari yang memungkinkan untuk puasa."مِنْ مُسْلِمٍ عَاقِلٍ طَاهِرٍ مِنْ حَيْضٍ وَنِفَاسٍ
"Dilakukan oleh seorang Muslim yang berakal sehat, dan suci dari haid dan nifas."
Terjemahan Per Paragraf
Kitab Penjelasan Hukum-Hukum Puasa
Puasa dan shaum adalah dua kata dasar (masdar) yang artinya secara bahasa adalah "menahan diri." Secara syariat, puasa berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, dengan niat yang khusus, dilakukan sepanjang hari yang memungkinkan untuk berpuasa. Puasa ini harus dilakukan oleh seorang Muslim yang berakal sehat, dan dalam keadaan suci dari haid dan nifas.
Kesimpulan
Teks ini menjelaskan definisi puasa dari dua perspektif: secara bahasa dan syariat. Secara bahasa, puasa diartikan sebagai "menahan diri", sedangkan secara syariat, puasa adalah ibadah yang menahan diri dari pembatal-pembatal puasa dengan niat yang khusus. Puasa wajib dilakukan oleh seorang Muslim yang berakal sehat dan tidak sedang dalam keadaan haid atau nifas.
(وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الصِّيَامِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ)
وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ
(الإِسْلاَمُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْقُدْرَةُ عَلَى الصَّوْمِ)
وَهَذَا هُوَ السَّاقِطُ عَلَى نُسْخَةِ الثَّلاَثَةِ، فَلاَ يَجِبُ الصَّوْمُ عَلَى أَضْدَادِ ذَلِكَ.
Terjemahan Per Frasa
(وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الصِّيَامِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ)
"Dan syarat-syarat wajibnya puasa ada tiga hal."وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ
"Dan dalam sebagian naskah disebutkan empat hal."(الإِسْلاَمُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْقُدْرَةُ عَلَى الصَّوْمِ)
"(Islam, baligh, akal, dan kemampuan untuk berpuasa)."وَهَذَا هُوَ السَّاقِطُ عَلَى نُسْخَةِ الثَّلاَثَةِ
"Dan yang hilang (tidak disebutkan) dalam naskah yang menyebut tiga hal adalah (kemampuan untuk berpuasa)."فَلاَ يَجِبُ الصَّوْمُ عَلَى أَضْدَادِ ذَلِكَ
"Maka, puasa tidak wajib atas orang-orang yang berlawanan dengan sifat-sifat tersebut."
Terjemahan Per Paragraf
Syarat-syarat wajibnya puasa ada tiga hal.
Namun, dalam sebagian naskah disebutkan ada empat syarat. Syarat-syarat tersebut adalah: Islam, baligh (dewasa), berakal, dan kemampuan untuk berpuasa. Syarat yang hilang dalam naskah yang hanya menyebutkan tiga syarat adalah kemampuan untuk berpuasa. Oleh karena itu, puasa tidak wajib bagi orang yang tidak memiliki syarat-syarat tersebut, seperti orang yang tidak mampu berpuasa.
Kesimpulan
Teks ini menjelaskan tentang syarat-syarat wajibnya puasa. Secara umum, disebutkan ada tiga syarat: Islam, baligh, dan berakal, namun dalam sebagian naskah disebutkan ada syarat keempat, yaitu kemampuan untuk berpuasa. Puasa tidak diwajibkan bagi orang yang tidak memenuhi syarat-syarat ini, seperti orang yang tidak mampu melakukannya.
Teks Arab dengan Harakat Lengkap
(وَفَرَائِضُ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ)
أَحَدُهَا (النِّيَّةُ) بِالْقَلْبِ، فَإِنْ كَانَ الصَّوْمُ فَرْضًا كَرَمَضَانَ أَوْ نَذْرًا، فَلَا بُدَّ مِنْ إِيقَاعِ النِّيَّةِ لَيْلًا، وَيَجِبُ التَّعْيِينُ فِي صَوْمِ الْفَرْضِ كَرَمَضَانَ، وَأَكْمَلُ نِيَّةِ صَوْمِهِ أَنْ يَقُولَ الشَّخْصُ: نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى.
(وَ) الثَّانِي (الإِمْسَاكُ عَنِ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ) وَإِنْ قَلَّ المَأْكُولُ وَالمَشْرُوبُ عِنْدَ التَّعَمُّدِ، فَإِنْ أَكَلَ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا لَمْ يُفْطِرْ إِنْ كَانَ قَرِيبَ عَهْدٍ بِالإِسْلاَمِ، أَوْ نَشَأَ بَعِيدًا عَنِ العُلَمَاءِ، وَإِلَّا أَفْطَرَ.
(وَ) الثَّالِثُ (الجِمَاعُ) عَامِدًا، وَأَمَّا الجِمَاعُ نَاسِيًا فَكَالأَكْلِ نَاسِيًا.
(وَ) الرَّابِعُ (تَعَمُّدُ القَيْءِ) فَلَوْ غَلَبَهُ القَيْءُ لَمْ يُبْطِلْ صَوْمَهُ.
Terjemahan Per Frasa
(وَفَرَائِضُ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ)
"Dan rukun puasa ada empat hal."
أَحَدُهَا (النِّيَّةُ) بِالْقَلْبِ
"Salah satunya adalah niat di dalam hati."
فَإِنْ كَانَ الصَّوْمُ فَرْضًا كَرَمَضَانَ أَوْ نَذْرًا
"Jika puasa itu adalah puasa wajib seperti puasa Ramadan atau nadzar."
فَلَا بُدَّ مِنْ إِيقَاعِ النِّيَّةِ لَيْلًا
"Maka niat harus dilakukan pada malam hari."
وَيَجِبُ التَّعْيِينُ فِي صَوْمِ الْفَرْضِ كَرَمَضَانَ
"Dan wajib menentukan (niat) dalam puasa wajib seperti puasa Ramadan."
وَأَكْمَلُ نِيَّةِ صَوْمِهِ أَنْ يَقُولَ الشَّخْصُ
"Bentuk niat yang paling sempurna adalah seseorang mengucapkan:"
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
"Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa Ramadan tahun ini karena Allah Ta'ala."
(وَ) الثَّانِي (الإِمْسَاكُ عَنِ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ)
"Yang kedua adalah menahan diri dari makan dan minum."
وَإِنْ قَلَّ المَأْكُولُ وَالمَشْرُوبُ عِنْدَ التَّعَمُّدِ
"Meskipun makanan dan minuman yang dikonsumsi itu sedikit, asalkan disengaja."
فَإِنْ أَكَلَ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا لَمْ يُفْطِرْ
"Jika seseorang makan dengan lupa atau karena ketidaktahuan, maka tidak batal puasanya."
إِنْ كَانَ قَرِيبَ عَهْدٍ بِالإِسْلاَمِ أَوْ نَشَأَ بَعِيدًا عَنِ العُلَمَاءِ
"Jika ia adalah orang yang baru memeluk Islam atau tumbuh jauh dari para ulama."
وَإِلَّا أَفْطَرَ
"Jika tidak, maka puasanya batal."
(وَ) الثَّالِثُ (الجِمَاعُ) عَامِدًا
"Yang ketiga adalah bersetubuh dengan sengaja."
وَأَمَّا الجِمَاعُ نَاسِيًا فَكَالأَكْلِ نَاسِيًا
"Adapun bersetubuh karena lupa, maka hukumnya sama dengan makan karena lupa."
(وَ) الرَّابِعُ (تَعَمُّدُ القَيْءِ)
"Yang keempat adalah muntah dengan sengaja."
فَلَوْ غَلَبَهُ القَيْءُ لَمْ يُبْطِلْ صَوْمَهُ
"Jika muntah itu terjadi tanpa disengaja, maka tidak membatalkan puasanya."
(وَفَرَائِضُ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ)
"Dan rukun puasa ada empat hal."
أَحَدُهَا (النِّيَّةُ) بِالْقَلْبِ
"Salah satunya adalah niat di dalam hati."
فَإِنْ كَانَ الصَّوْمُ فَرْضًا كَرَمَضَانَ أَوْ نَذْرًا
"Jika puasa itu adalah puasa wajib seperti puasa Ramadan atau nadzar."
فَلَا بُدَّ مِنْ إِيقَاعِ النِّيَّةِ لَيْلًا
"Maka niat harus dilakukan pada malam hari."
وَيَجِبُ التَّعْيِينُ فِي صَوْمِ الْفَرْضِ كَرَمَضَانَ
"Dan wajib menentukan (niat) dalam puasa wajib seperti puasa Ramadan."
وَأَكْمَلُ نِيَّةِ صَوْمِهِ أَنْ يَقُولَ الشَّخْصُ
"Bentuk niat yang paling sempurna adalah seseorang mengucapkan:"
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
"Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa Ramadan tahun ini karena Allah Ta'ala."
(وَ) الثَّانِي (الإِمْسَاكُ عَنِ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ)
"Yang kedua adalah menahan diri dari makan dan minum."
وَإِنْ قَلَّ المَأْكُولُ وَالمَشْرُوبُ عِنْدَ التَّعَمُّدِ
"Meskipun makanan dan minuman yang dikonsumsi itu sedikit, asalkan disengaja."
فَإِنْ أَكَلَ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا لَمْ يُفْطِرْ
"Jika seseorang makan dengan lupa atau karena ketidaktahuan, maka tidak batal puasanya."
إِنْ كَانَ قَرِيبَ عَهْدٍ بِالإِسْلاَمِ أَوْ نَشَأَ بَعِيدًا عَنِ العُلَمَاءِ
"Jika ia adalah orang yang baru memeluk Islam atau tumbuh jauh dari para ulama."
وَإِلَّا أَفْطَرَ
"Jika tidak, maka puasanya batal."
(وَ) الثَّالِثُ (الجِمَاعُ) عَامِدًا
"Yang ketiga adalah bersetubuh dengan sengaja."
وَأَمَّا الجِمَاعُ نَاسِيًا فَكَالأَكْلِ نَاسِيًا
"Adapun bersetubuh karena lupa, maka hukumnya sama dengan makan karena lupa."
(وَ) الرَّابِعُ (تَعَمُّدُ القَيْءِ)
"Yang keempat adalah muntah dengan sengaja."
فَلَوْ غَلَبَهُ القَيْءُ لَمْ يُبْطِلْ صَوْمَهُ
"Jika muntah itu terjadi tanpa disengaja, maka tidak membatalkan puasanya."
Terjemahan Per Paragraf
Rukun puasa ada empat hal.
Salah satunya adalah niat di dalam hati. Jika puasa itu adalah puasa wajib, seperti puasa Ramadan atau puasa nadzar, maka niat harus dilakukan pada malam hari. Wajib juga untuk menentukan niat dalam puasa wajib, seperti puasa Ramadan. Bentuk niat yang paling sempurna adalah seseorang mengucapkan: "Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa Ramadan tahun ini karena Allah Ta'ala."
Yang kedua adalah menahan diri dari makan dan minum, meskipun jumlah makanan atau minuman itu sedikit, jika dilakukan dengan sengaja. Namun, jika seseorang makan karena lupa atau tidak tahu, maka puasanya tidak batal, khususnya jika ia adalah orang yang baru memeluk Islam atau tinggal di tempat yang jauh dari ulama. Jika tidak, puasanya batal.
Yang ketiga adalah bersetubuh dengan sengaja. Adapun jika bersetubuh karena lupa, hukumnya sama dengan makan karena lupa, yaitu tidak membatalkan puasa.
Yang keempat adalah muntah dengan sengaja. Jika muntah terjadi tanpa disengaja, maka puasanya tidak batal.
Kesimpulan
Teks ini menjelaskan empat rukun utama dalam puasa. Pertama, niat yang harus dilakukan pada malam hari, terutama untuk puasa wajib seperti Ramadan. Kedua, menahan diri dari makan dan minum, kecuali dilakukan karena lupa atau ketidaktahuan. Ketiga, menahan diri dari bersetubuh, kecuali karena lupa. Keempat, menghindari muntah dengan sengaja, karena jika muntah terjadi tanpa disengaja, puasa tetap sah. Ini menegaskan pentingnya niat dan menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa.
Teks Arab dengan Harakat Lengkap
(وَالَّذِي يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ)
أَحَدُهَا وَثَانِيهَا (مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الجَوْفِ) المُنْفَتِحِ (أَوْ) غَيْرِ المُنْفَتِحِ كَالوُصُولِ مِنْ مَأْمُومَةٍ إِلَى (الرَّأْسِ) وَالمُرَادُ إِمْسَاكُ الصَّائِمِ عَنْ وُصُولِ عَيْنٍ إِلَى مَا يُسَمَّى جَوْفًا.
(وَ) الثَّالِثُ (الحُقْنَةُ فِي أَحَدِ السَّبِيلَيْنِ)
وَهُوَ دَوَاءٌ يُحْقَنُ بِهِ المَرِيضُ فِي قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ المُعَبَّرُ عَنْهُمَا فِي المَتْنِ بِالسَّبِيلَيْنِ.
(وَ) الرَّابِعُ (القَيْءُ عَمْدًا) فَإِنْ لَمْ يَتَعَمَّدْ لَمْ يُبْطِلْ صَوْمَهُ كَمَا سَبَقَ.
(وَ) الخَامِسُ (الوَطْءُ عَمْدًا) فِي الفَرْجِ، فَلَا يُفْطِرُ الصَّائِمُ بِالجِمَاعِ نَاسِيًا كَمَا سَبَقَ.
(وَ) السَّادِسُ (الإِنْزَالُ) وَهُوَ خُرُوجُ المَنِيِّ (عَنْ مُبَاشَرَةٍ) بِلَا جِمَاعٍ، مُحَرَّمًا كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِهِ أَوْ غَيْرِ مُحَرَّمٍ كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِ زَوْجَتِهِ أَوْ جَارِيَتِهِ، وَاحْتَرَزَ بِمُبَاشَرَةٍ عَنْ خُرُوجِ المَنِيِّ بِالاحْتِلَامِ فَلَا إِفْطَارَ بِهِ جَزْمًا.
(وَ) السَّابِعُ إِلَى آخِرِ العَشَرَةِ (الحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالجُنُونُ وَالرِّدَّةُ)، فَمَتَى طَرَأَ شَيْءٌ مِنْهَا فِي أَثْنَاءِ الصَّوْمِ أَبْطَلَهُ.
Terjemahan Per Frasa
(وَالَّذِي يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ)
"Hal-hal yang membatalkan puasa ada sepuluh perkara."
أَحَدُهَا وَثَانِيهَا (مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الجَوْفِ)
"Yang pertama dan kedua adalah apa yang masuk dengan sengaja ke dalam tubuh."
المُنْفَتِحِ (أَوْ) غَيْرِ المُنْفَتِحِ
"Baik melalui lubang yang terbuka maupun tidak terbuka."
كَالوُصُولِ مِنْ مَأْمُومَةٍ إِلَى (الرَّأْسِ)
"Seperti sesuatu yang mencapai otak melalui luka terbuka di kepala."
وَالمُرَادُ إِمْسَاكُ الصَّائِمِ عَنْ وُصُولِ عَيْنٍ إِلَى مَا يُسَمَّى جَوْفًا
"Yang dimaksud adalah menahan diri dari masuknya benda apa pun ke dalam tubuh."
(وَ) الثَّالِثُ (الحُقْنَةُ فِي أَحَدِ السَّبِيلَيْنِ)
"Yang ketiga adalah suntikan atau obat yang dimasukkan ke salah satu jalan (dubur atau kemaluan)."
وَهُوَ دَوَاءٌ يُحْقَنُ بِهِ المَرِيضُ فِي قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ المُعَبَّرُ عَنْهُمَا فِي المَتْنِ بِالسَّبِيلَيْنِ
"Yaitu obat yang disuntikkan pada orang sakit melalui kemaluan atau dubur yang disebut dalam teks sebagai 'dua jalan'."
(وَ) الرَّابِعُ (القَيْءُ عَمْدًا)
"Yang keempat adalah muntah dengan sengaja."
فَإِنْ لَمْ يَتَعَمَّدْ لَمْ يُبْطِلْ صَوْمَهُ كَمَا سَبَقَ
"Jika muntah itu tidak disengaja, maka tidak membatalkan puasa sebagaimana dijelaskan sebelumnya."
(وَ) الخَامِسُ (الوَطْءُ عَمْدًا) فِي الفَرْجِ
"Yang kelima adalah bersetubuh dengan sengaja di kemaluan."
فَلَا يُفْطِرُ الصَّائِمُ بِالجِمَاعِ نَاسِيًا كَمَا سَبَقَ
"Jika bersetubuh dilakukan karena lupa, maka tidak membatalkan puasa sebagaimana dijelaskan sebelumnya."
(وَ) السَّادِسُ (الإِنْزَالُ) وَهُوَ خُرُوجُ المَنِيِّ (عَنْ مُبَاشَرَةٍ) بِلَا جِمَاعٍ
"Yang keenam adalah keluarnya air mani karena bersentuhan fisik tanpa bersetubuh."
مُحَرَّمًا كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِهِ أَوْ غَيْرِ مُحَرَّمٍ كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِ زَوْجَتِهِ أَوْ جَارِيَتِهِ
"Baik dengan cara haram, seperti dikeluarkan dengan tangannya sendiri, atau dengan cara tidak haram, seperti dikeluarkan oleh tangan istrinya atau budaknya."
وَاحْتَرَزَ بِمُبَاشَرَةٍ عَنْ خُرُوجِ المَنِيِّ بِالاحْتِلَامِ فَلَا إِفْطَارَ بِهِ جَزْمًا
"Yang dikecualikan adalah keluarnya mani karena mimpi basah, maka tidak membatalkan puasa secara pasti."
(وَ) السَّابِعُ إِلَى آخِرِ العَشَرَةِ (الحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالجُنُونُ وَالرِّدَّةُ)
"Yang ketujuh sampai kesepuluh adalah haid, nifas, gila, dan murtad."
فَمَتَى طَرَأَ شَيْءٌ مِنْهَا فِي أَثْنَاءِ الصَّوْمِ أَبْطَلَهُ
"Jika salah satu dari hal-hal tersebut terjadi di tengah puasa, maka itu membatalkan puasa."
(وَالَّذِي يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ)
"Hal-hal yang membatalkan puasa ada sepuluh perkara."
أَحَدُهَا وَثَانِيهَا (مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الجَوْفِ)
"Yang pertama dan kedua adalah apa yang masuk dengan sengaja ke dalam tubuh."
المُنْفَتِحِ (أَوْ) غَيْرِ المُنْفَتِحِ
"Baik melalui lubang yang terbuka maupun tidak terbuka."
كَالوُصُولِ مِنْ مَأْمُومَةٍ إِلَى (الرَّأْسِ)
"Seperti sesuatu yang mencapai otak melalui luka terbuka di kepala."
وَالمُرَادُ إِمْسَاكُ الصَّائِمِ عَنْ وُصُولِ عَيْنٍ إِلَى مَا يُسَمَّى جَوْفًا
"Yang dimaksud adalah menahan diri dari masuknya benda apa pun ke dalam tubuh."
(وَ) الثَّالِثُ (الحُقْنَةُ فِي أَحَدِ السَّبِيلَيْنِ)
"Yang ketiga adalah suntikan atau obat yang dimasukkan ke salah satu jalan (dubur atau kemaluan)."
وَهُوَ دَوَاءٌ يُحْقَنُ بِهِ المَرِيضُ فِي قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ المُعَبَّرُ عَنْهُمَا فِي المَتْنِ بِالسَّبِيلَيْنِ
"Yaitu obat yang disuntikkan pada orang sakit melalui kemaluan atau dubur yang disebut dalam teks sebagai 'dua jalan'."
(وَ) الرَّابِعُ (القَيْءُ عَمْدًا)
"Yang keempat adalah muntah dengan sengaja."
فَإِنْ لَمْ يَتَعَمَّدْ لَمْ يُبْطِلْ صَوْمَهُ كَمَا سَبَقَ
"Jika muntah itu tidak disengaja, maka tidak membatalkan puasa sebagaimana dijelaskan sebelumnya."
(وَ) الخَامِسُ (الوَطْءُ عَمْدًا) فِي الفَرْجِ
"Yang kelima adalah bersetubuh dengan sengaja di kemaluan."
فَلَا يُفْطِرُ الصَّائِمُ بِالجِمَاعِ نَاسِيًا كَمَا سَبَقَ
"Jika bersetubuh dilakukan karena lupa, maka tidak membatalkan puasa sebagaimana dijelaskan sebelumnya."
(وَ) السَّادِسُ (الإِنْزَالُ) وَهُوَ خُرُوجُ المَنِيِّ (عَنْ مُبَاشَرَةٍ) بِلَا جِمَاعٍ
"Yang keenam adalah keluarnya air mani karena bersentuhan fisik tanpa bersetubuh."
مُحَرَّمًا كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِهِ أَوْ غَيْرِ مُحَرَّمٍ كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِ زَوْجَتِهِ أَوْ جَارِيَتِهِ
"Baik dengan cara haram, seperti dikeluarkan dengan tangannya sendiri, atau dengan cara tidak haram, seperti dikeluarkan oleh tangan istrinya atau budaknya."
وَاحْتَرَزَ بِمُبَاشَرَةٍ عَنْ خُرُوجِ المَنِيِّ بِالاحْتِلَامِ فَلَا إِفْطَارَ بِهِ جَزْمًا
"Yang dikecualikan adalah keluarnya mani karena mimpi basah, maka tidak membatalkan puasa secara pasti."
(وَ) السَّابِعُ إِلَى آخِرِ العَشَرَةِ (الحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالجُنُونُ وَالرِّدَّةُ)
"Yang ketujuh sampai kesepuluh adalah haid, nifas, gila, dan murtad."
فَمَتَى طَرَأَ شَيْءٌ مِنْهَا فِي أَثْنَاءِ الصَّوْمِ أَبْطَلَهُ
"Jika salah satu dari hal-hal tersebut terjadi di tengah puasa, maka itu membatalkan puasa."
Terjemahan Per Paragraf
Hal-hal yang membatalkan puasa ada sepuluh perkara.
Yang pertama dan kedua adalah sesuatu yang masuk dengan sengaja ke dalam tubuh, baik melalui lubang yang terbuka maupun yang tidak terbuka, seperti masuknya sesuatu ke otak melalui luka terbuka di kepala. Yang dimaksud adalah menahan diri dari masuknya benda apa pun ke dalam tubuh.
Yang ketiga adalah suntikan atau obat yang dimasukkan ke salah satu dari dua jalan, yaitu kemaluan atau dubur, yang disebut dalam teks sebagai 'dua jalan'.
Yang keempat adalah muntah dengan sengaja. Jika muntah tidak disengaja, maka tidak membatalkan puasa sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Yang kelima adalah bersetubuh dengan sengaja di kemaluan. Jika bersetubuh dilakukan karena lupa, maka tidak membatalkan puasa sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Yang keenam adalah keluarnya air mani karena bersentuhan fisik tanpa bersetubuh, baik dengan cara yang haram, seperti dikeluarkan dengan tangannya sendiri, atau dengan cara yang tidak haram, seperti dikeluarkan oleh tangan istri atau budaknya. Yang dikecualikan adalah keluarnya mani karena mimpi basah, maka tidak membatalkan puasa secara pasti.
Yang ketujuh sampai kesepuluh adalah haid, nifas, gila, dan murtad. Jika salah satu dari hal-hal tersebut terjadi di tengah puasa, maka itu membatalkan puasa.
Kesimpulan
Teks ini menjelaskan sepuluh hal yang membatalkan puasa, yaitu: (1) memasukkan sesuatu ke dalam tubuh dengan sengaja, (2) memasukkan obat melalui kemaluan atau dubur, (3) muntah dengan sengaja, (4) bersetubuh dengan sengaja, (5) keluarnya air mani karena bersentuhan fisik tanpa bersetubuh, (6) haid, (7) nifas, (8) gila, dan (9) murtad. Puasa akan batal jika salah satu dari hal-hal ini terjadi saat berpuasa.
Teks Arab dengan Harakat Lengkap
(وَيُسْتَحَبُّ فِي الصَّوْمِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ)
أَحَدُهَا (تَعْجِيلُ الفِطْرِ) إِنْ تَحَقَّقَ غُرُوبُ الشَّمْسِ فَإِنْ شَكَّ فَلَا يُعَجِّلُ الفِطْرَ، وَيُسَنُّ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى تَمْرٍ وَإِلَّا فَمَاءٍ.
(وَ) الثَّانِي (تَأْخِيرُ السُّحُورِ) مَا لَمْ يَقَعْ فِي شَكٍّ فَلَا يُؤَخِّرُ، وَيَحْصُلُ السُّحُورُ بِقَلِيلِ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ.
(وَ) الثَّالِثُ (تَرْكُ الهِجْرِ) أَيِ الفُحْشِ (مِنَ الكَلَامِ) الفَاحِشِ، فَيَصُونُ الصَّائِمُ لِسَانَهُ عَنِ الكَذِبِ وَالغِيبَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ كَالشَّتْمِ، وَإِنْ شَتَمَهُ أَحَدٌ فَلْيَقُلْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا: إِنِّي صَائِمٌ، إِمَّا بِلِسَانِهِ كَمَا قَالَ النَّوَوِيُّ فِي الأَذْكَارِ، أَوْ بِقَلْبِهِ كَمَا نَقَلَهُ الرَّافِعِيُّ عَنِ الأَئِمَّةِ وَاقْتَصَرَ عَلَيْهِ.
Terjemahan Per Frasa
(وَيُسْتَحَبُّ فِي الصَّوْمِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ)
"Ada tiga hal yang disunnahkan dalam puasa."أَحَدُهَا (تَعْجِيلُ الفِطْرِ)
"Yang pertama, menyegerakan berbuka."إِنْ تَحَقَّقَ غُرُوبُ الشَّمْسِ
"Jika sudah yakin matahari telah terbenam."فَإِنْ شَكَّ فَلَا يُعَجِّلُ الفِطْرَ
"Jika ragu, jangan menyegerakan berbuka."وَيُسَنُّ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى تَمْرٍ وَإِلَّا فَمَاءٍ
"Disunnahkan berbuka dengan kurma, jika tidak ada maka dengan air."
(وَ) الثَّانِي (تَأْخِيرُ السُّحُورِ)
"Yang kedua, mengakhirkan sahur."مَا لَمْ يَقَعْ فِي شَكٍّ فَلَا يُؤَخِّرُ
"Selama tidak menimbulkan keraguan, jangan sampai terlalu akhir."وَيَحْصُلُ السُّحُورُ بِقَلِيلِ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ
"Sahur tercapai walaupun dengan sedikit makan atau minum."
(وَ) الثَّالِثُ (تَرْكُ الهِجْرِ)
"Yang ketiga, meninggalkan ucapan keji."أَيِ الفُحْشِ (مِنَ الكَلَامِ) الفَاحِشِ
"Yaitu ucapan buruk atau kasar."فَيَصُونُ الصَّائِمُ لِسَانَهُ عَنِ الكَذِبِ وَالغِيبَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ كَالشَّتْمِ
"Seorang yang berpuasa harus menjaga lisannya dari kebohongan, ghibah (menggunjing), dan hal-hal sejenisnya seperti mencaci."وَإِنْ شَتَمَهُ أَحَدٌ فَلْيَقُلْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا: إِنِّي صَائِمٌ
"Jika ada yang mencacinya, maka hendaklah ia berkata dua atau tiga kali: 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'."إِمَّا بِلِسَانِهِ كَمَا قَالَ النَّوَوِيُّ فِي الأَذْكَارِ
"Baik dengan lisan sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar."أَوْ بِقَلْبِهِ كَمَا نَقَلَهُ الرَّافِعِيُّ عَنِ الأَئِمَّةِ وَاقْتَصَرَ عَلَيْهِ
"Atau dengan hatinya saja, sebagaimana diriwayatkan oleh ar-Rafi'i dari para ulama, dan pendapat itu yang dipilih."
Terjemahan Per Paragraf
Ada tiga hal yang disunnahkan dalam puasa. Yang pertama adalah menyegerakan berbuka ketika sudah yakin matahari terbenam. Jika ragu apakah matahari sudah terbenam, maka jangan menyegerakan berbuka. Disunnahkan berbuka dengan kurma, jika tidak ada, maka dengan air.
Yang kedua adalah mengakhirkan waktu sahur selama tidak menimbulkan keraguan. Sahur dianggap sudah terlaksana walaupun hanya dengan sedikit makan atau minum.
Yang ketiga adalah meninggalkan ucapan keji atau kasar. Orang yang berpuasa harus menjaga lisannya dari kebohongan, ghibah, dan ucapan buruk lainnya seperti mencaci. Jika ada orang yang mencacinya, maka hendaknya ia mengatakan dua atau tiga kali: "Sesungguhnya aku sedang berpuasa." Ini bisa dilakukan dengan lisan sebagaimana dinyatakan oleh Imam Nawawi, atau dengan hati saja sebagaimana diriwayatkan oleh ar-Rafi'i dari para ulama.
Kesimpulan
Tiga sunnah dalam puasa adalah:
- Menyegerakan berbuka ketika yakin matahari telah terbenam, dengan disunnahkan berbuka menggunakan kurma atau air.
- Mengakhirkan sahur selama tidak menimbulkan keraguan dan sahur dapat dilakukan walaupun dengan sedikit makanan atau minuman.
- Menjaga diri dari ucapan keji dan perilaku buruk, serta jika dicaci, hendaklah mengingatkan diri dengan berkata "Sesungguhnya aku sedang berpuasa," baik dengan lisan maupun dalam hati.
Teks Arab dengan Harakat Lengkap
وَيَحْرُمُ صِيَامُ خَمْسَةِ أَيَّامٍ العِيدَانِ
أَيِ صَوْمُ يَوْمِ عِيدِ الفِطْرِ وَعِيدِ الأَضْحَى وَأَيَّامِ التَّشْرِيقِ
وَهِيَ (الثَّلَاثَةُ) الَّتِي بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ.
وَيُكْرَهُ تَحْرِيمًا صَوْمُ يَوْمِ الشَّكِّ بِلَا سَبَبٍ يَقْتَضِي صِيَامَهُ.
وَأَشَارَ المُصَنِّفُ لِبَعْضِ صُوَرِ هَذَا السَّبَبِ بِقَوْلِهِ (إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ عَادَةً لَهُ) فِي تَطَوُّعِهِ كَمَنْ عَادَتُهُ صِيَامُ يَوْمٍ وَإِفْطَارُ يَوْمٍ فَوَافَقَ صِيَامُهُ يَوْمَ الشَّكِّ، وَلَهُ صِيَامُ يَوْمِ الشَّكِّ أَيْضًا عَنْ قَضَاءٍ وَنَذْرٍ، وَيَوْمُ الشَّكِّ هُوَ يَوْمُ الثَّلَاثِينَ مِنْ شَعْبَانَ إِذَا لَمْ يُرَ الْهِلَالُ لَيْلَتَهُ مَعَ الصَّحْوِ أَوْ تَحَدَّثَ النَّاسُ بِرُؤْيَتِهِ، وَلَمْ يَعْلَمْ عَدْلٌ رَآهُ أَوْ شَهِدَ بِرُؤْيَتِهِ صِبْيَانٌ أَوْ عَبِيدٌ أَوْ فُسَّاقٌ.
Terjemahan Per Frasa
وَيَحْرُمُ صِيَامُ خَمْسَةِ أَيَّامٍ العِيدَانِ
"Hukum berpuasa lima hari adalah haram, yaitu..."أَيِ صَوْمُ يَوْمِ عِيدِ الفِطْرِ وَعِيدِ الأَضْحَى
"Yaitu berpuasa pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha."وَأَيَّامِ التَّشْرِيقِ
"Dan pada hari-hari tasyriq."وَهِيَ (الثَّلَاثَةُ) الَّتِي بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ.
"Yaitu tiga hari setelah hari raya Idul Adha (hari-hari tasyriq)."
وَيُكْرَهُ تَحْرِيمًا صَوْمُ يَوْمِ الشَّكِّ بِلَا سَبَبٍ يَقْتَضِي صِيَامَهُ.
"Diharamkan berpuasa pada hari syak (keraguan) tanpa ada alasan yang mewajibkan puasa tersebut."وَأَشَارَ المُصَنِّفُ لِبَعْضِ صُوَرِ هَذَا السَّبَبِ بِقَوْلِهِ (إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ عَادَةً لَهُ) فِي تَطَوُّعِهِ
"Dan pengarang (ulama) menyebutkan beberapa bentuk dari alasan ini dengan mengatakan: 'Kecuali jika puasa tersebut sesuai dengan kebiasaannya' dalam ibadah sunnah."كَمَنْ عَادَتُهُ صِيَامُ يَوْمٍ وَإِفْطَارُ يَوْمٍ فَوَافَقَ صِيَامُهُ يَوْمَ الشَّكِّ
"Seperti seseorang yang terbiasa berpuasa sehari dan berbuka sehari, sehingga puasa tersebut jatuh pada hari syak."وَلَهُ صِيَامُ يَوْمِ الشَّكِّ أَيْضًا عَنْ قَضَاءٍ وَنَذْرٍ
"Dan seseorang boleh berpuasa pada hari syak juga jika itu untuk menggantikan puasa yang telah terlewat atau untuk memenuhi nazar."وَيَوْمُ الشَّكِّ هُوَ يَوْمُ الثَّلَاثِينَ مِنْ شَعْبَانَ
"Hari syak adalah hari ketiga puluh dari bulan Sya'ban."إِذَا لَمْ يُرَ الْهِلَالُ لَيْلَتَهُ مَعَ الصَّحْوِ أَوْ تَحَدَّثَ النَّاسُ بِرُؤْيَتِهِ
"Jika hilal (bulan baru) tidak tampak pada malam tersebut dengan cuaca cerah, atau jika orang-orang membicarakan bahwa mereka telah melihatnya."وَلَمْ يَعْلَمْ عَدْلٌ رَآهُ أَوْ شَهِدَ بِرُؤْيَتِهِ صِبْيَانٌ أَوْ عَبِيدٌ أَوْ فُسَّاقٌ.
"Dan tidak ada orang yang adil yang melihatnya atau memberikan kesaksian tentang penampakannya, sedangkan yang menyaksikan adalah anak-anak, budak, atau orang fasik."
Terjemahan Per Paragraf
Puasa pada lima hari adalah haram, yaitu pada hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan tiga hari tasyriq yang jatuh setelah hari raya Idul Adha. Selain itu, puasa pada hari syak (keraguan) juga dihukumkan haram jika tidak ada alasan yang mendasarinya.
Namun, puasa pada hari syak dibolehkan dalam beberapa kondisi. Pengarang menyebutkan bahwa jika seseorang berpuasa pada hari syak karena kebiasaan puasa sunnah, seperti berpuasa setiap dua hari sekali, dan kebetulan jatuh pada hari syak, maka itu diperbolehkan. Selain itu, seseorang juga boleh berpuasa pada hari syak jika itu merupakan puasa pengganti (qadha) atau untuk memenuhi nazar.
Hari syak sendiri adalah hari ketiga puluh bulan Sya'ban, ketika hilal (bulan baru) tidak terlihat pada malam tersebut dengan cuaca cerah, atau ketika orang-orang berbicara bahwa mereka melihatnya, namun tidak ada saksi yang adil yang dapat membuktikan penampakan bulan tersebut, sementara yang menyaksikan adalah anak-anak, budak, atau orang fasik.
Kesimpulan
- Puasa pada lima hari yang dilarang adalah pada hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan tiga hari tasyriq.
- Puasa pada hari syak diharamkan kecuali jika ada alasan yang membolehkannya, seperti jika sesuai dengan kebiasaan berpuasa atau sebagai puasa pengganti (qadha) atau untuk memenuhi nazar.
- Hari syak adalah hari ke-30 bulan Sya'ban, ketika hilal tidak terlihat dan tidak ada saksi yang adil yang dapat memastikan penampakannya.
Teks Arab dengan Harakat Lengkap
(وَمَنْ وَطِئَ فِي نَهَارِ رَمَضَانِ)
حَالَ كُونِهِ (عَامِدًا فِي الفَرْجِ)
وَهُوَ مُكَلَّفٌ بِالصَّوْمِ، وَنَوَى مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ آثِمٌ بِهَذَا الوَطْءِ لِأَجْلِ الصَّوْمِ
فَعَلَيْهِ القَضَاءُ وَالكَفَّارَةُ وَهِيَ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ
وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ سَلِيمَةٍ مِنَ العُيُوبِ المُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالكَسْبِ
فَإِنْ لَمْ يَجِدْ
فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ صِيَامَهُمَا
فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا
أَوْ فَقِيرًا
لِكُلِّ مِسْكِينٍ مِدٌّ
أَيِ مِمَّا يُجْزِئُ فِي صَدَقَةِ الفِطْرِ
فَإِنْ عَجَزَ عَنْ جَمِيعِهِ اسْتَقَرَّتِ الكَفَّارَةُ فِي ذِمَّتِهِ، فَإِذَا قَدَرَ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى خَصْلَةٍ مِنْ خَصَالِ الكَفَّارَةِ فَعَلَهَا.
Terjemahan Per Frasa
(وَمَنْ وَطِئَ فِي نَهَارِ رَمَضَانِ)
"Dan siapa yang berjima' di siang hari bulan Ramadan."حَالَ كُونِهِ (عَامِدًا فِي الفَرْجِ)
"Dengan sengaja di bagian kemaluan."وَهُوَ مُكَلَّفٌ بِالصَّوْمِ، وَنَوَى مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ آثِمٌ بِهَذَا الوَطْءِ لِأَجْلِ الصَّوْمِ
"Sedangkan dia wajib berpuasa, dan sudah berniat puasa sejak malam, dan dia berdosa karena jima' ini karena niat puasa."فَعَلَيْهِ القَضَاءُ وَالكَفَّارَةُ وَهِيَ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ
"Maka dia wajib mengganti puasanya dan memberikan kafarat, yaitu memerdekakan seorang budak wanita yang beriman."وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ سَلِيمَةٍ مِنَ العُيُوبِ المُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالكَسْبِ
"Dan dalam beberapa naskah disebutkan bahwa budak tersebut harus bebas dari cacat yang mengganggu kerja dan penghasilan."فَإِنْ لَمْ يَجِدْ
"Jika dia tidak menemukannya."فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ
"Maka dia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut."فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ صِيَامَهُمَا
"Jika dia tidak mampu untuk berpuasa."فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا
"Maka dia harus memberi makan enam puluh orang miskin."أَوْ فَقِيرًا
"Atau memberi makan orang miskin."لِكُلِّ مِسْكِينٍ مِدٌّ
"Setiap orang miskin mendapatkan satu mud (ukuran makanan)."أَيِ مِمَّا يُجْزِئُ فِي صَدَقَةِ الفِطْرِ
"Yaitu makanan yang sah digunakan untuk zakat fitrah."فَإِنْ عَجَزَ عَنْ جَمِيعِهِ اسْتَقَرَّتِ الكَفَّارَةُ فِي ذِمَّتِهِ
"Jika dia tidak mampu melakukan semua hal tersebut, maka kafarat tetap menjadi tanggung jawabnya."فَإِذَا قَدَرَ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى خَصْلَةٍ مِنْ خَصَالِ الكَفَّارَةِ فَعَلَهَا.
"Jika dia mampu melaksanakan salah satu dari bentuk kafarat setelah itu, maka lakukanlah."
Terjemahan Per Paragraf
Barang siapa yang berjima' pada siang hari bulan Ramadan dengan sengaja di bagian kemaluannya, sementara ia wajib berpuasa dan telah berniat puasa sejak malam, maka ia berdosa karena melakukan hal tersebut, yang membatalkan puasanya. Sebagai konsekuensinya, ia wajib mengqadha puasa tersebut dan memberikan kafarat. Kafarat untuk perbuatan tersebut adalah memerdekakan seorang budak wanita yang beriman, yang bebas dari cacat yang mengganggu pekerjaan dan penghasilannya.
Jika ia tidak mampu untuk memerdekakan budak, maka ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika ia tidak mampu berpuasa, maka ia diwajibkan untuk memberi makan enam puluh orang miskin, masing-masing mendapatkan satu mud (ukuran makanan) yang memenuhi syarat untuk zakat fitrah. Jika ia tidak mampu melakukan salah satu dari ketiga kewajiban tersebut, maka kafarat tetap menjadi tanggung jawabnya, dan jika di kemudian hari ia mampu melakukan salah satu bentuk kafarat, maka ia harus melaksanakannya.
Kesimpulan
Jika seseorang berjima' di siang hari bulan Ramadan dengan sengaja, ia wajib mengganti puasa dan membayar kafarat. Kafarat yang diwajibkan adalah memerdekakan budak wanita yang beriman, atau jika tidak bisa, berpuasa dua bulan berturut-turut, dan jika itu juga tidak mampu, memberi makan enam puluh orang miskin. Jika seseorang tidak mampu melakukan ketiga hal tersebut, kafarat tetap menjadi kewajiban dan harus dilaksanakan ketika ia mampu.
Teks Arab dengan Harakat Lengkap
(وَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ)
فَائِتٌ (مِنْ رَمَضَانِ) بِعُذْرٍ كَمَنْ أَفْطَرَ فِيهِ لِمَرَضٍ، وَلَمْ يَتَمَكَّنْ مِنْ قَضَائِهِ كَأَنْ اسْتَمَرَّ مَرَضُهُ حَتَّى مَاتَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ فِي هَذَا الفَائِتِ، وَلا تَدارُكُ بِالفِدْيَةِ، وَإِنْ فَاتَ بِغَيْرِ عُذْرٍ وَمَاتَ قَبْلَ التَّمَكُّنِ مِنْ قَضَائِهِ (أَطْعَمَ عَنْهُ) أَيِ أَخْرَجَ الوَلِيُّ عَنْ المَيْتِ مِنْ تَرِكَتِهِ (لِكُلِّ يَوْمٍ) فَاتَ (مَدٌّ) طَعَامٌ وَهُوَ رُطْلٌ وَثُلُثٌ بِالبَغْدَادِيِّ وَهُوَ بِالكَيْلِ نِصْفُ قَدَحٍ مِصْرِيٍّ، وَمَا ذَكَرَهُ المُصَنِّفُ هُوَ القَوْلُ الجَدِيدُ وَالقَدِيمُ، لَا يَتَعَيَّنُ الإِطْعَامُ، بَلْ يَجُوزُ لِلْوَلِيِّ أَيْضًا أَنْ يَصُومَ عَنْهُ، بَلْ يُسَنُّ لَهُ ذَلِكَ كَمَا فِي شَرْحِ المَهَذَّبِ وَصَوَّبَ فِي الرَّوْضَةِ الجَزْمَ بِالقَدِيمِ.
Terjemahan Per Frasa
(وَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ)
"Dan siapa yang meninggal dan masih memiliki puasa yang terlewat,"فَائِتٌ (مِنْ رَمَضَانِ) بِعُذْرٍ كَمَنْ أَفْطَرَ فِيهِ لِمَرَضٍ
"Puasa yang terlewat dari bulan Ramadan dengan alasan tertentu, seperti seseorang yang berbuka karena sakit,"وَلَمْ يَتَمَكَّنْ مِنْ قَضَائِهِ كَأَنْ اسْتَمَرَّ مَرَضُهُ حَتَّى مَاتَ
"Dan tidak mampu menggantinya, seperti jika sakitnya berlanjut hingga ia meninggal."فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ فِي هَذَا الفَائِتِ، وَلا تَدارُكُ بِالفِدْيَةِ
"Maka tidak ada dosa baginya atas puasa yang terlewat tersebut, dan tidak ada pengganti dengan fidyah."وَإِنْ فَاتَ بِغَيْرِ عُذْرٍ وَمَاتَ قَبْلَ التَّمَكُّنِ مِنْ قَضَائِهِ
"Namun jika puasa terlewat tanpa alasan yang sah dan ia meninggal sebelum sempat menggantinya,"(أَطْعَمَ عَنْهُ) أَيِ أَخْرَجَ الوَلِيُّ عَنْ المَيْتِ مِنْ تَرِكَتِهِ
"Maka walinya harus memberi makan sebagai pengganti puasa tersebut dari harta peninggalannya."(لِكُلِّ يَوْمٍ) فَاتَ (مَدٌّ) طَعَامٌ
"Untuk setiap hari yang terlewat, harus diberikan satu mud makanan,"وَهُوَ رُطْلٌ وَثُلُثٌ بِالبَغْدَادِيِّ وَهُوَ بِالكَيْلِ نِصْفُ قَدَحٍ مِصْرِيٍّ
"Yang setara dengan satu rithl dan sepertiga, menurut ukuran Baghdad, atau setengah cangkir menurut ukuran Mesir."وَمَا ذَكَرَهُ المُصَنِّفُ هُوَ القَوْلُ الجَدِيدُ وَالقَدِيمُ
"Apa yang disebutkan oleh pengarang adalah pendapat baru dan lama."لَا يَتَعَيَّنُ الإِطْعَامُ
"Memberi makan tidaklah wajib."بَلْ يَجُوزُ لِلْوَلِيِّ أَيْضًا أَنْ يَصُومَ عَنْهُ
"Tetapi walinya juga boleh berpuasa untuknya."بَلْ يُسَنُّ لَهُ ذَلِكَ كَمَا فِي شَرْحِ المَهَذَّبِ وَصَوَّبَ فِي الرَّوْضَةِ الجَزْمَ بِالقَدِيمِ
"Dan disunnahkan bagi walinya untuk berpuasa untuknya, sebagaimana yang dijelaskan dalam 'Sharh al-Mahzab', dan dalam 'al-Raudhah' disetujui pendapat lama."
Terjemahan Per Paragraf
Jika seseorang meninggal dunia dan ia memiliki puasa yang belum digantikan dari bulan Ramadan karena suatu alasan, seperti sakit yang menyebabkan ia tidak bisa berpuasa, maka tidak ada dosa bagi orang tersebut atas puasa yang terlewat. Dalam hal ini, ia tidak perlu mengganti puasa dengan fidyah.
Namun, jika puasa tersebut terlewat tanpa alasan yang sah dan orang tersebut meninggal sebelum sempat menggantinya, maka walinya wajib memberikan makanan sebagai pengganti puasa yang terlewat. Setiap hari yang terlewat harus diganti dengan memberi makan satu mud makanan, yang setara dengan satu rithl dan sepertiga menurut ukuran Baghdad, atau setengah cangkir menurut ukuran Mesir.
Menurut pendapat lama dan baru, walinya juga diperbolehkan untuk berpuasa atas nama orang yang telah meninggal, dan ini lebih disukai, seperti yang dijelaskan dalam 'Sharh al-Mahzab'. Pendapat yang lebih lama dikuatkan dalam kitab 'al-Raudhah'.
Kesimpulan
- Jika seseorang meninggal dan memiliki puasa yang terlewat karena alasan sah (seperti sakit), tidak ada dosa atas puasa yang terlewat tersebut dan tidak ada kewajiban fidyah.
- Jika puasa tersebut terlewat tanpa alasan yang sah dan orang tersebut meninggal sebelum menggantinya, walinya harus memberi makan sebagai pengganti puasa tersebut.
- Setiap hari yang terlewat diganti dengan memberi makan satu mud makanan.
- Wali juga boleh berpuasa untuk menggantikan puasa orang yang telah meninggal, dan ini disunnahkan menurut pendapat yang lebih kuat.
Teks Arab dengan Harakat Lengkap
(وَالْشَيْخُ) وَالعَجُوزُ وَالمَرِيضُ الَّذِي لَا يُرْجَى بُرْؤُهُ (إِنْ عَجَزَ) كُلُّ مِّنْهُمْ (عَنْ الصَّوْمِ يَفْطِرُ وَيُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مِدًّا) وَلَا يَجُوزُ تَعْجِيلُ المِدِّ قَبْلَ رَمَضَانِ، وَيَجُوزُ بَعْدَ فَجْرِ كُلِّ يَوْمٍ.
Terjemahan Per Frasa
(وَالْشَيْخُ)
"Dan orang tua."وَالعَجُوزُ وَالمَرِيضُ الَّذِي لَا يُرْجَى بُرْؤُهُ
"Dan wanita tua serta orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya."(إِنْ عَجَزَ) كُلُّ مِّنْهُمْ (عَنْ الصَّوْمِ)
"Jika masing-masing dari mereka tidak mampu berpuasa."يَفْطِرُ وَيُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مِدًّا
"Maka mereka berbuka puasa dan memberi makan sebagai pengganti puasa untuk setiap hari yang terlewat, yaitu satu mud."وَلَا يَجُوزُ تَعْجِيلُ المِدِّ قَبْلَ رَمَضَانِ
"Dan tidak diperbolehkan untuk memberi makan pengganti puasa sebelum bulan Ramadan."وَيَجُوزُ بَعْدَ فَجْرِ كُلِّ يَوْمٍ.
"Namun, diperbolehkan memberi makan pengganti puasa setelah terbit fajar setiap hari."
Terjemahan Per Paragraf
Orang tua, wanita tua, dan orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya, jika mereka tidak mampu berpuasa, maka mereka boleh berbuka puasa dan menggantinya dengan memberi makan untuk setiap hari yang terlewat, yaitu satu mud makanan. Mereka tidak diperbolehkan memberikan makanan pengganti sebelum bulan Ramadan, namun mereka boleh memberikan makanan tersebut setelah terbit fajar setiap hari di bulan Ramadan.
Kesimpulan
- Orang tua, wanita tua, dan orang sakit yang tidak dapat berpuasa karena kondisinya, harus menggantinya dengan memberi makan untuk setiap hari yang terlewat, yaitu satu mud makanan.
- Memberikan makanan pengganti tidak boleh dilakukan sebelum bulan Ramadan, tetapi dapat dilakukan setelah fajar setiap hari selama bulan Ramadan.
Teks Arab dengan Harakat Lengkap
(وَالحَامِلُ وَالمُرْضِعُ إِنْ خَافَتَا عَلَىٰ أَنفُسِهِمَا)
ضَرَرًا يَلْحَقُهُمَا بِالصَّوْمِ كَضَرَرِ المَرِيضِ (أَفْطَرَتَا وَ) وَجَبَ (عَلَيْهِمَا القَضَاءُ وَإِنْ خَافَتَا عَلَىٰ أَوْلَادِهِمَا)
أَيْ إِسْقَاطِ الوَلَدِ فِي الحَامِلِ وَقِلَّةِ اللَّبَنِ فِي المُرْضِعِ (أَفْطَرَتَا وَ) وَجَبَ (عَلَيْهِمَا القَضَاءُ) لِلْإِفْطَارِ وَالكَفَّارَةُ أَيْضًا وَالكَفَّارَةُ أَنْ يُخْرِجَا (عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مَدًّا وَهُوَ) كَمَا سَبَقَ (رُطْلٌ وَثُلُثٌ بِالعِرَاقِيِّ وَيُعَبَّرُ عَنْهُ بِالبَغْدَادِيِّ).
Terjemahan Per Frasa
(وَالحَامِلُ وَالمُرْضِعُ)
"Dan wanita hamil serta wanita menyusui."إِنْ خَافَتَا عَلَىٰ أَنفُسِهِمَا
"Jika keduanya khawatir akan membahayakan diri mereka."ضَرَرًا يَلْحَقُهُمَا بِالصَّوْمِ كَضَرَرِ المَرِيضِ
"Kerusakan yang mungkin menimpa mereka akibat puasa, seperti kerusakan yang dialami oleh orang yang sakit."(أَفْطَرَتَا وَ) وَجَبَ (عَلَيْهِمَا القَضَاءُ)
"Maka keduanya boleh berbuka puasa dan wajib bagi mereka mengganti puasa yang terlewat."وَإِنْ خَافَتَا عَلَىٰ أَوْلَادِهِمَا
"Dan jika keduanya khawatir akan membahayakan anak-anak mereka,"أَيْ إِسْقَاطِ الوَلَدِ فِي الحَامِلِ وَقِلَّةِ اللَّبَنِ فِي المُرْضِعِ
"Yaitu keguguran pada wanita hamil atau berkurangnya air susu pada wanita menyusui."(أَفْطَرَتَا وَ) وَجَبَ (عَلَيْهِمَا القَضَاءُ)
"Maka keduanya berbuka puasa dan wajib mengganti puasa yang terlewat."لِلْإِفْطَارِ وَالكَفَّارَةُ أَيْضًا
"Dan juga wajib membayar kafarat (denda)."وَالكَفَّارَةُ أَنْ يُخْرِجَا (عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مَدًّا وَهُوَ)
"Kafaratnya adalah dengan memberi makan satu mud untuk setiap hari yang terlewat, yaitu"كَمَا سَبَقَ (رُطْلٌ وَثُلُثٌ بِالعِرَاقِيِّ وَيُعَبَّرُ عَنْهُ بِالبَغْدَادِيِّ)
"Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu satu rithl dan sepertiga menurut ukuran Irak, dan disebut juga dengan ukuran Baghdad."
Terjemahan Per Paragraf
Wanita hamil dan menyusui, jika mereka khawatir akan membahayakan diri mereka akibat puasa, seperti yang terjadi pada orang sakit, maka mereka diperbolehkan untuk berbuka puasa dan wajib mengganti puasa yang terlewat.
Jika mereka khawatir akan membahayakan anak-anak mereka, misalnya dengan terjadinya keguguran pada wanita hamil atau berkurangnya air susu pada wanita menyusui, maka mereka juga diperbolehkan berbuka puasa dan wajib menggantinya. Selain itu, mereka harus membayar kafarat (denda) dengan memberi makan satu mud untuk setiap hari yang terlewat, yang setara dengan satu rithl dan sepertiga menurut ukuran Irak atau disebut juga dengan ukuran Baghdad.
Kesimpulan
- Wanita hamil dan menyusui yang khawatir akan membahayakan diri mereka atau anak mereka akibat puasa, diperbolehkan berbuka puasa dan wajib mengganti puasa yang terlewat.
- Mereka juga wajib membayar kafarat berupa memberi makan satu mud untuk setiap hari yang terlewat, dengan ukuran yang disebutkan dalam teks (satu rithl dan sepertiga menurut ukuran Irak atau Baghdad).
Teks Arab dengan Harakat Lengkap
(وَالْمَرِيضُ وَالْمُسَافِرُ سَفَرًا طَوِيلًا)
مُبَاحًا إِنْ تَضَرَّا بِالصَّوْمِ (يُفْطِرَانِ وَيُقَضِيَانِ) وَلِلْمَرِيضِ إِنْ كَانَ مَرَضُهُ مُطْبِقًا تَرْكُ النِّيَّةِ مِنَ اللَّيْلِ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُطْبِقًا كَمَا لَوْ كَانَ يَحْمُّ وَقْتًا دُونَ وَقْتٍ، وَكَانَ وَقْتُ الشُّرُوعِ فِي الصَّوْمِ مَحْمُومًا فَلَهُ تَرْكُ النِّيَّةِ، وَإِلَّا فَعَلَيْهِ النِّيَّةُ لَيْلًا فَإِنْ عَادَتِ الحُمَّى وَاحْتَاجَ لِلْفِطْرِ أَفْطَرَ. وَسَكَّتَ المُصَنِّفُ عَنْ صَوْمِ التَّطَوُّعِ، وَهُوَ مَذْكُورٌ فِي المُطُوَّلاتِ، وَمِنْهُ صَوْمُ عَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ وَتَاسُوعَاءَ وَأَيَّامِ الْبِيضِ وَسِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ.
Terjemahan Per Frasa
(وَالْمَرِيضُ وَالْمُسَافِرُ سَفَرًا طَوِيلًا)
"Dan orang yang sakit serta musafir yang melakukan perjalanan jauh."مُبَاحًا إِنْ تَضَرَّا بِالصَّوْمِ
"Jika keduanya merasa terhalang atau merasakan kesulitan akibat puasa."(يُفْطِرَانِ وَيُقَضِيَانِ)
"Maka keduanya diperbolehkan berbuka puasa dan wajib menggantinya."وَلِلْمَرِيضِ إِنْ كَانَ مَرَضُهُ مُطْبِقًا تَرْكُ النِّيَّةِ مِنَ اللَّيْلِ
"Bagi orang sakit, jika penyakitnya parah, maka boleh tidak berniat dari malam hari."وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُطْبِقًا كَمَا لَوْ كَانَ يَحْمُّ وَقْتًا دُونَ وَقْتٍ
"Dan jika tidak parah, seperti demam yang datang pada waktu tertentu saja."وَكَانَ وَقْتُ الشُّرُوعِ فِي الصَّوْمِ مَحْمُومًا فَلَهُ تَرْكُ النِّيَّةِ
"Dan jika saat dimulai puasa dia dalam keadaan demam, maka boleh tidak berniat."وَإِلَّا فَعَلَيْهِ النِّيَّةُ لَيْلًا فَإِنْ عَادَتِ الحُمَّى وَاحْتَاجَ لِلْفِطْرِ أَفْطَرَ
"Namun, jika tidak, maka dia wajib berniat di malam hari, dan jika demamnya kembali dan dia membutuhkan untuk berbuka, maka dia boleh berbuka."وَسَكَّتَ المُصَنِّفُ عَنْ صَوْمِ التَّطَوُّعِ
"Dan penulis tidak menyebutkan tentang puasa sunnah."وَهُوَ مَذْكُورٌ فِي المُطُوَّلاتِ
"Yang disebutkan dalam kitab-kitab yang lebih panjang."وَمِنْهُ صَوْمُ عَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ وَتَاسُوعَاءَ وَأَيَّامِ الْبِيضِ وَسِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ
"Di antaranya adalah puasa Arafah, Asyura, Tasu'a, hari-hari putih, dan enam hari di bulan Syawal."
Terjemahan Per Paragraf
Orang yang sakit dan musafir yang melakukan perjalanan jauh, jika mereka merasakan kesulitan atau dampak buruk akibat puasa, diperbolehkan untuk berbuka dan mengganti puasa yang terlewat.
Bagi orang yang sakit, jika penyakitnya parah (seperti penyakit yang menghalangi aktivitas sehari-hari), ia boleh tidak berniat berpuasa dari malam hari. Jika penyakitnya tidak terlalu parah, misalnya demam yang datang hanya pada waktu tertentu, dan jika dia mulai berpuasa dalam keadaan demam, maka ia boleh tidak berniat pada malam hari. Namun, jika ia tidak demam pada malam hari, maka ia tetap wajib berniat. Jika kemudian demam datang dan ia membutuhkan untuk berbuka, maka ia boleh berbuka.
Penulis tidak membahas tentang puasa sunnah dalam bagian ini, tetapi hal tersebut dijelaskan dalam kitab-kitab yang lebih panjang. Di antaranya adalah puasa Arafah, Asyura, Tasu'a, hari-hari putih (13, 14, 15 bulan Hijriyah), dan enam hari di bulan Syawal.
Kesimpulan
- Orang yang sakit atau musafir yang merasa kesulitan atau terhalang untuk berpuasa karena kondisi mereka, diperbolehkan berbuka dan wajib mengganti puasa yang terlewat.
- Jika sakitnya parah, boleh tidak berniat berpuasa dari malam hari. Jika tidak parah, tetap wajib berniat.
- Penulis tidak membahas puasa sunnah, tetapi puasa Arafah, Asyura, Tasu'a, hari-hari putih, dan enam hari di bulan Syawal termasuk puasa sunnah yang baik untuk dilakukan.
Komentar
Posting Komentar